Stoikisme, sebuah filosofi kuno yang berasal dari Yunani kuno, telah menjadi semacam seni dalam menghadapi tantangan hidup dengan bijak.

Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan kesulitan, stoikisme menawarkan pandangan yang kuat dan terarah untuk menghadapi segala hal dengan ketenangan dan kebijaksanaan.

Dengan fokus pada kontrol diri dan penerimaan atas apa yang tidak dapat diubah, stoikisme mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi dan beradaptasi dengan perubahan yang tak terelakkan.

Dalam era modern ini, di mana stres dan tekanan semakin meluas, mempelajari seni stoikisme dapat memberikan kekuatan dan ketenangan batin yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan hidup dengan bijak.

Apa itu Stoikisme?

Stoikisme adalah sebuah aliran filosofi kuno yang berasal dari Yunani kuno. Filosofi ini mengajarkan cara hidup yang tenang, bijaksana, dan tahan banting dalam menghadapi segala situasi kehidupan.

Stoikisme mengajarkan bahwa kita tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi di dunia luar, tetapi kita dapat mengendalikan bagaimana kita meresponsnya.

Pada dasarnya, stoikisme mengajarkan untuk menerima segala hal yang terjadi dengan sikap yang tenang dan bijaksana.

Stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, seperti pikiran, emosi, dan tindakan kita sendiri.

Stoikisme juga mengajarkan pentingnya hidup sesuai dengan alam dan kehidupan yang sederhana. Filosofi ini menekankan pentingnya hidup dengan bijaksana, menghargai apa yang kita miliki, dan tidak terlalu terikat pada hal-hal materi.

Stoikisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam kebijaksanaan, kebajikan, dan hubungan yang baik dengan orang lain.

Dalam stoikisme, juga diajarkan bahwa kita harus menerima ketidakpastian dalam hidup dan tidak terlalu terikat pada harapan atau keinginan yang tidak realistis.

Sejarah Stoikisme

Sejarah Stoikisme
Sumber : freepik.com

Stoikisme adalah sebuah aliran filsafat kuno yang berasal dari Yunani kuno pada abad ke-3 SM. Didirikan oleh Zeno dari Citium, stoikisme berkembang menjadi salah satu aliran filsafat yang paling berpengaruh dalam sejarah.

Filosofi stoikisme berfokus pada pencapaian kebahagiaan dan ketenangan batin melalui pengendalian diri dan penerimaan terhadap alam semesta. Mereka percaya bahwa kebahagiaan sejati dapat dicapai dengan hidup sesuai dengan alam dan takdir.

Stoikisme atau stoic mengajarkan konsep “logos”, yaitu ide bahwa ada tatanan universal yang mengatur alam semesta. Manusia diharapkan untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan etika yang diatur oleh logos ini.

Salah satu tokoh terkenal dalam stoikisme adalah Kaisar Romawi, Marcus Aurelius. Dia menulis Meditations, sebuah karya yang mencerminkan prinsip-prinsip stoikisme dan menjadi salah satu karya paling terkenal dalam filsafat stoik.

Meskipun stoikisme memiliki pengaruh yang kuat pada masa Yunani dan Romawi kuno, aliran ini tetap relevan hingga saat ini. Banyak prinsip stoikisme yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengendalikan emosi, menghargai apa yang kita miliki, dan menerima apa yang tidak dapat kita ubah.

Prinsip-Prinsip Stoikisme

Gambaran dari prinsip-prinsip stoikisme menekankan pada pengembangan kebijaksanaan, ketenangan batin, dan penerimaan terhadap takdir.

Prinsip Prinsip Stoikisme

1. Hidup Selaras dengan Alam

Dalam stoikisme, hidup selaras dengan alam adalah prinsip utama yang harus dipegang teguh.

Stoikisme mengajarkan bahwa manusia harus hidup sesuai dengan alam semesta dan mengikuti alur yang sudah ditentukan. Ini berarti kita harus menerima segala hal yang terjadi dalam hidup kita dengan sikap bijak dan tenang.

Hidup selaras dengan alam juga berarti kita harus menghargai dan menjaga keseimbangan alam, serta hidup secara sederhana dan tidak berlebihan. Dengan hidup selaras dengan alam, kita dapat mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan yang sejati.

2. Mengendalikan Pikiran, Bukan Peristiwa Eksternal

Stoikisme mengajarkan bahwa kita tidak memiliki kendali penuh atas apa yang terjadi di dunia luar, tetapi kita memiliki kendali penuh atas bagaimana kita meresponsnya.

Kita dapat melatih pikiran kita untuk tetap tenang, bijaksana, dan rasional, meskipun dihadapkan pada tekanan atau kesulitan.

Dengan mengendalikan pikiran kita, kita dapat mempertahankan ketenangan batin dan mengambil keputusan yang bijaksana.

Stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, seperti sikap dan tindakan kita sendiri, daripada terjebak dalam kekhawatiran dan kecemasan yang tidak produktif. Dengan mengendalikan pikiran kita, kita dapat mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup kita.

3. Kebahagiaan dari Kebaikan

Dalam filsafat Stoikisme, kebahagiaan ini tidak tergantung pada faktor eksternal yang tidak dapat kita kendalikan, seperti kekayaan atau reputasi, tetapi lebih kepada bagaimana kita hidup dengan bijaksana dan sesuai dengan alam semesta.

Kebahagiaan dalam Stoikisme berasal dari kebaikan moral yang dapat kita kembangkan melalui latihan dan pengendalian diri. Ini berarti menjaga integritas, kejujuran, dan keadilan dalam tindakan dan pikiran kita. Dengan hidup sesuai dengan nilai-nilai ini, kita dapat mencapai ketenangan batin dan kebahagiaan yang mendalam.

Stoikisme mengajarkan pentingnya menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita dengan sikap yang bijaksana. Ini berarti menerima kegembiraan dengan rendah hati dan ketenangan, serta menghadapi kesedihan dan penderitaan dengan ketabahan dan ketenangan.

4. Memiliki Sumber Daya Batin untuk Berkembang

Stoikisme adalah sebuah filosofi kuno yang menekankan pada pengembangan sumber daya batin untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup.

Dalam konteks stoikisme, sumber daya batin mengacu pada kekuatan mental yang kita miliki untuk menghadapi tantangan dan mengatasi rasa sakit atau penderitaan. Ini melibatkan kemampuan untuk menerima kenyataan apa adanya, mengendalikan reaksi emosional kita, dan berfokus pada hal-hal yang dapat kita kontrol.

Dalam stoikisme, kita diajarkan untuk mengembangkan kemampuan ini melalui praktik-praktik seperti meditasi, refleksi, dan latihan diri.

Dengan mempraktikkan filosofi ini, kita dapat menjadi lebih bijaksana, lebih tahan terhadap stres, dan lebih mampu menghadapi tantangan hidup dengan sikap yang positif.

5. Tidak Mengeluh dan Menyalahkan Orang Lain

Para stoik percaya bahwa mengeluh hanya akan memperburuk situasi dan tidak akan mengubah apa pun. Mereka mengajarkan pentingnya menerima segala hal yang terjadi dalam hidup dengan sikap yang tenang dan bijaksana.

Tindakan menyalahkan orang lain juga dianggap tidak produktif dan hanya akan membuang-buang energi yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki diri sendiri.

Dengan tidak mengeluh dan menyalahkan orang lain, seseorang dapat lebih fokus pada pertumbuhan pribadi dan mencapai kedamaian dalam hidupnya.

Cara Melatih Stoikisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Cara Melatih Stoikisme dalam Kehidupan Sehari-hari
Sumber : freepik.com/@drobotdean

Dalam era modern yang penuh dengan tekanan dan ketidakpastian, melatih stoikisme dapat menjadi alat yang kuat untuk menjaga keseimbangan emosional dan mental kita.

Berikut ini adalah 7 cara yang dapat kita terapkan untuk melatih stoikisme:

1. Dikotomi Kendali

Dikotomi kendali mengacu pada perbedaan antara hal-hal yang dapat kita kendalikan dan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan.

Hal-hal yang dapat kita kendalikan adalah tindakan dan reaksi kita terhadap situasi. Kita memiliki kendali penuh atas bagaimana kita merespons suatu kejadian, bagaimana kita berperilaku, dan bagaimana kita mengelola emosi kita.

Misalnya, kita dapat memilih untuk tetap tenang dan positif dalam menghadapi situasi yang sulit, atau kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk mencapai tujuan kita.

Di sisi lain, ada juga hal-hal yang di luar kendali kita. Ini termasuk faktor-faktor eksternal seperti cuaca, pendapat orang lain, atau kejadian tak terduga. Meskipun kita tidak dapat mengendalikan hal-hal ini, kita dapat mengendalikan cara kita meresponsnya. Kita dapat memilih untuk menerima dan beradaptasi dengan perubahan, atau kita dapat mengubah perspektif kita untuk menghadapinya dengan lebih baik.

2. Premeditatio Malorum (Melatih Kemalangan)

Salah satu prinsip stoikisme yang terkenal adalah Premeditatio Malorum, atau melatih diri untuk mengantisipasi kemalangan.

Dalam praktiknya, kita diajarkan untuk memikirkan dan memvisualisasikan kemungkinan buruk yang dapat terjadi dalam hidup kita. Hal ini bukan untuk membuat kita pesimis, tetapi untuk mempersiapkan diri secara mental dan emosional jika suatu saat kemalangan tersebut benar-benar terjadi.

Premeditatio Malorum adalah sebuah latihan yang membantu kita mengembangkan ketahanan mental dan menghadapi hidup dengan sikap yang lebih bijaksana.

3. Latih Persepsi

Stoikisme mengajarkan kita untuk mengubah cara kita memandang dan merespons situasi yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam stoikisme kita diajari untuk melihat segala sesuatu dengan perspektif yang lebih luas. Misalnya, ketika kita menghadapi kesulitan atau kegagalan, stoikisme mengajarkan kita untuk melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh sebagai individu.

Dengan melatih persepsi ini, kita dapat mengubah cara kita merespons situasi yang sulit dan menghadapinya dengan lebih bijaksana sehingga kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dan mengatasi tantangan dengan lebih efektif.

4. Lihat Sesuatu dengan Perspektif Luas

Setiap situasi yang kita hadapi, baik baik atau buruk, adalah bagian dari tatanan alam yang lebih besar. Dengan memperluas pandangan kita, kita dapat menghindari terjebak dalam emosi negatif dan menghadapi segala sesuatu dengan ketenangan dan kebijaksanaan.

Perspektif luas dalam stoikisme juga mengajarkan kita untuk melihat segala sesuatu sebagai sementara dan berubah. Tidak ada yang abadi dalam hidup ini, termasuk kesenangan dan penderitaan.

Dengan memahami ini, kita dapat menghargai momen-momen indah dalam hidup tanpa terlalu terikat pada mereka, dan pada saat yang sama, menghadapi tantangan dan kesulitan dengan keyakinan bahwa mereka akan berlalu.

5. Amor Fati (Mencintai Takdirmu)

Amor Fati, atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Mencintai Takdirmu, adalah konsep yang penting dalam filsafat Stoikisme. Ini mengajarkan kita untuk menerima dan mencintai segala hal yang terjadi dalam hidup kita, baik yang baik maupun yang buruk.

Dengan mencintai takdir kita, kita belajar untuk menghargai setiap momen dan menemukan makna dalam segala hal yang terjadi. Ini membantu kita untuk menjadi lebih bijaksana, tangguh, dan bahagia, karena kita tidak lagi terjebak dalam kekesalan dan penolakan terhadap kenyataan.

6. Momento Mori (Ingatlah Kematian)

Momento Mori adalah konsep dalam stoikisme yang mengingatkan kita untuk selalu sadar akan kematian. Dalam filosofi ini, kematian dianggap sebagai bagian alami dari kehidupan dan sebagai pengingat akan kerentanan kita sebagai manusia.

Momento Mori mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi dan material, serta mengingatkan kita untuk hidup dengan bijaksana dan menghargai setiap momen yang kita miliki.

Dengan selalu mengingat kematian, kita diharapkan dapat menghargai hidup kita dengan lebih baik, menghindari penyesalan, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup ini.

7. Tidak Ada yang Kekal dalam Hidup

Dalam filosofi stoikisme, konsep “Tidak Ada yang Kekal dalam Hidup” mengajarkan kita untuk menerima dan menghadapi ketidakpastian dalam kehidupan.

Stoikisme mengajarkan bahwa semua hal di dunia ini bersifat sementara dan tidak ada yang benar-benar abadi. Baik kebahagiaan maupun penderitaan, kekayaan maupun kemiskinan, semuanya akan berlalu pada suatu saat.

Manfaat Stoikisme

Manfaat Stoikisme
Sumber : freepik.com

Stoikisme adalah sebuah filsafat kuno yang menekankan pada pemahaman dan penerimaan terhadap segala hal yang terjadi dalam hidup kita.

Stoikisme tidak hanya sekedar membuat hidup tenang dan bahagia, stoikisme juga memiliki beberapa manfaat, yaitu:

  • Membuat orang lebih bersyukur dalam kehidupannya. Hal ini adalah akibat dari kita terlatih untuk memandang suatu hal dengan positif daripada negatif pada suatu peristiwa.
  • Melatih kontrol emosi sehingga tidak merugikan diri kita sendiri dan juga orang lain.
  • Bersikap realistis akan sesuatu dan tidak terbawa emosi.
  • Penganut stoikisme memilih mengubah cara pandang pada suatu peristiwa sehingga tidak mudah menyalahkan orang atas peristiwa buruk.

Stoikisme dalam Budaya Populer

Konsep-konsep Stoik seperti ketahanan, kontrol diri, dan hidup dalam harmoni dengan alam semesta telah diadopsi dalam berbagai bentuk media.

Misalnya, dalam film-film superhero, karakter-karakter seperti Batman atau Iron Man sering menunjukkan sifat-sifat stoikisme dengan tetap tenang dan berfokus pada tujuan mereka di tengah kekacauan.

Buku-buku self-help dan motivasi juga sering mengutip ajaran Stoikisme untuk membantu orang menghadapi tantangan hidup dengan lebih bijaksana.

Dalam musik, lirik-lirik yang menginspirasi dan memotivasi sering kali mencerminkan prinsip-prinsip Stoikisme.

Dalam budaya populer, Stoikisme menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang yang mencari cara untuk hidup dengan bijaksana dan menghadapi tantangan dengan sikap yang tegar.

Kritik terhadap Stoikisme

Filsafat stoikisme yang menekankan kontrol diri dan ketenangan batin, tidak lepas dari kritik. Salah satu kritik yang sering dilontarkan terhadap stoikisme adalah bahwa pendekatan ini cenderung mengabaikan emosi manusia.

Stoikisme mengajarkan untuk tidak terlalu terpengaruh oleh emosi dan mengutamakan logika dan akal sehat. Namun, beberapa orang berpendapat bahwa emosi adalah bagian alami dari kehidupan manusia dan harus diterima dan dihargai.

Kritik lain terhadap stoikisme adalah bahwa pandangan mereka tentang takdir dan ketidakberdayaan manusia dapat membatasi inisiatif dan motivasi individu.

Beberapa menganggap bahwa stoikisme terlalu pasif dalam menghadapi tantangan hidup dan kurang mendorong perubahan positif.

Meskipun demikian, kritik ini bukan berarti mengabaikan manfaat dan nilai yang dapat diperoleh dari stoikisme.

Rekomendasi Buku Tentang Stoikisme

Filsafat stoikisme adalah sebuah aliran yang menekankan pada kebijaksanaan, ketenangan, dan penerimaan terhadap takdir. Jika kamu tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang stoikisme dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, berikut adalah beberapa rekomendasi buku yang dapat membantu kamu:

1. “Filosofi Teras” oleh Henry Manampiring

Bagi kamu yang ingin mempelajari tentang stoikisme, buku ini merupakan rekomendasi pertama dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Kamu bisa membaca review buku Filosofi Teras agar mendapatkan gambaran isi bukunya.

2. “Meditations” oleh Marcus Aurelius

Buku ini merupakan kumpulan pemikiran dan refleksi pribadi Marcus Aurelius, seorang Kaisar Romawi yang juga seorang stoik. “Meditations” memberikan wawasan yang mendalam tentang prinsip-prinsip stoikisme dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. “Letters from a Stoic” oleh Seneca

Seneca adalah seorang filsuf stoik terkenal yang menulis surat-surat kepada teman-temannya. Buku ini berisi kumpulan surat yang berisi nasihat-nasihat praktis mengenai bagaimana menghadapi kesulitan, mengendalikan emosi, dan mencapai kebahagiaan melalui prinsip-prinsip stoikisme.

4. “The Obstacle Is the Way” oleh Ryan Holiday

Buku ini menggabungkan prinsip-prinsip stoikisme dengan kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah. Ryan Holiday menjelaskan bagaimana kita dapat melihat rintangan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, serta mencapai keberhasilan melalui pendekatan stoik.

5. “A Guide to the Good Life: The Ancient Art of Stoic Joy” oleh William B. Irvine

Buku ini membahas konsep stoikisme secara komprehensif dan menjelaskan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan modern. William B. Irvine juga memberikan panduan praktis tentang bagaimana mencapai kebahagiaan dan kepuasan melalui prinsip-prinsip stoikisme.

6. “Stoicism and the Art of Happiness” oleh Donald Robertson

Buku ini menggabungkan prinsip-prinsip stoikisme dengan terapi kognitif, yang merupakan pendekatan modern dalam psikologi. Donald Robertson menjelaskan bagaimana stoikisme dapat membantu mengatasi kecemasan, depresi, dan stres, serta mencapai kebahagiaan yang tahan lama.

Dengan membaca buku-buku ini, kamu akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang stoikisme dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga rekomendasi ini bermanfaat bagi kamu dalam perjalananmu menuju kebijaksanaan dan ketenangan.