Dialocal – Filsafat nihilisme adalah suatu paham yang menolak segala bentuk nilai, keyakinan, atau tujuan hidup yang ada dalam masyarakat.
Paham ini menyatakan bahwa keberadaan manusia dan dunia tidak memiliki makna atau tujuan yang lebih tinggi, sehingga segala upaya untuk mencari arti kehidupan hanya sia-sia belaka.
Sejarah filsafat nihilisme berakar dari pemikiran filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche, pada akhir abad ke-19. Nietzsche berpendapat bahwa dunia yang kita kenal terus berubah, dan bahwa segala bentuk nilai dan keyakinan hanya merupakan ilusi belaka.
Namun, Nietzsche sendiri tidak benar-benar mendukung nihilisme sebagai suatu paham, melainkan lebih menganggapnya sebagai suatu kondisi yang harus dilewati manusia dalam mencapai kebebasan dan kreativitas.
Sejarah Filsafat Nihilisme

Filsafat nihilisme tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah dunia.
Beberapa sejarawan mengatakan bahwa filsafat nihilisme pertama kali muncul pada zaman Yunani Kuno dalam ajaran Sophist.
Sophist adalah kelompok filsuf yang memandang bahwa tidak ada kebenaran absolut atau nilai-nilai moral yang tetap.
Nihilisme kemudian berkembang pada abad ke-19 dan ke-20 di Eropa, terutama berkat kontribusi dari filsuf Friedrich Nietzsche.
Nietzsche memandang nihilisme sebagai sebuah tahap transisi dalam sejarah manusia, di mana manusia beralih dari tradisi dan kepercayaan lama ke arah pencarian makna baru dalam hidup.
“Nihilisme adalah proses sejarah yang menuju pada tahap transisi,” – Friedrich Nietzsche
Selain itu, tokoh-tokoh nihilisme lainnya seperti Martin Heidegger juga mempengaruhi pengembangan filsafat nihilisme modern.
Heidegger memandang bahwa manusia hidup dalam dunia yang gelap dan tanpa arti, dan bahwa tugas filosofi adalah membantu manusia menemukan makna dalam kehidupannya.
Asal Usul Kata Nihilisme
Istilah nihilisme berasal dari bahasa Latin “nihil”, yang berarti “tidak ada”. Nihilisme diartikan sebagai pandangan yang menolak nilai-nilai, makna, atau tujuan dalam hidup.
Perkembangan Filsafat Nihilisme
Perkembangan filsafat nihilisme modern terjadi pada abad ke-19 dan ke-20, terutama di Eropa.
Filsuf Friedrich Nietzsche adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam pengembangan filsafat nihilisme modern.
Nietzsche menganggap nihilisme sebagai kehancuran nilai-nilai yang lama dan sebagai tahap transisi dalam sejarah manusia menuju pencarian makna baru.
Tokoh-Tokoh Nihilisme
- Friedrich Nietzsche
- Martin Heidegger
- Arthur Schopenhauer
- Emil Cioran
- Albert Camus
Tokoh-tokoh ini memberikan kontribusi penting dalam perkembangan filsafat nihilisme modern. Masing-masing memiliki pandangan yang unik tentang nihilisme dan pengaruhnya pada manusia.
Definisi dan Konsep Nihilisme
Nihilisme adalah pandangan yang menolak nilai-nilai moral dan keyakinan tentang arti hidup. Kata nihilisme berasal dari bahasa Latin nihil, yang berarti “tidak ada apa-apa” atau “kosong”.
Dalam filsafat, nihilisme dipandang sebagai eksistensi yang tidak memiliki tujuan atau arti. Nihilis meyakini bahwa tidak ada makna atau nilai intrinsik dalam keberadaan manusia atau alam semesta secara keseluruhan.
“Nihilisme adalah keadaan di mana nilai-nilai tertinggi kehilangan nilai-nilainya sendiri.”
– Friedrich Nietzsche
Pada dasarnya, nihilisme mengusulkan bahwa tidak ada apa pun yang benar atau salah, baik atau buruk, atau memiliki nilai moral atau etis yang inheren. Semua nilai-nilai itu hanyalah konstruksi sosial yang dihasilkan oleh manusia.
Contoh nihilistic beliefs and attitudes meliputi penolakan terhadap moralitas, otoritas, agama, kepercayaan, norma, dan nilai-nilai sosial yang dianggap sebagai pembatas kebebasan individu.
Beberapa contoh pernyataan nihilis adalah “Tidak ada hal yang benar atau salah”, “Tidak ada tujuan dalam hidup”, dan “Tidak ada yang memiliki nilai sejati di dunia ini”.
Perbedaan Nihilisme dan Absurdisme

Meskipun ada kesamaan dalam beberapa aspek, nihilisme dan absurdisme adalah dua konsep yang berbeda. Nihilisme, pada hakekatnya, menyangkal segala bentuk nilai dan arti, sementara absurdisme menunjukkan keabsahan pengalaman manusia melalui keberadaan hal yang absurd.
Nihilisme cenderung lebih radikal dalam pendekatan filosofisnya. Ini menyangkal segala bentuk perspektif moral, politik, dan agama sebagai suatu yang tidak berarti dan tidak layak diikuti.
Tidak seperti nihilisme, absurdisme mempertahankan keberadaan nilai-nilai dan arti, meskipun juga mengkritiknya.
Nihilisme adalah keadaan ketika nilai-nilai tertinggi kehilangan nilai-nilainya sendiri. Kita telah memperoleh kebebasan, tetapi kita telah kehilangan tujuan kita.
– Friedrich Nietzsche
Perbedaan antara nihilisme dan absurdisme terletak pada pandangan mereka tentang arti kehidupan.
Nihilisme menolak adanya arti dan nilai dalam kehidupan, sementara absurdisme menganggap bahwa kehidupan itu sendiri absurd, namun manusia masih harus mencari arti melalui pengalaman yang diberikan kehidupan.
Salah satu perbedaan utama antara kedua konsep tersebut adalah bagaimana mereka menanggapi ketidakpastian dan kebingungan manusia.
Nihilisme menyarankan agar manusia harus menerima keadaan tanpa arti, sementara absurdisme meminta manusia untuk menerimanya secara kreatif dan mengambil tindakan yang membangun makna.
Baca Juga : Apa itu Filsafat Menurut Para Ahli dan Penjelasannya
Aliran-Aliran Nihilisme
Nihilisme dapat dibagi menjadi beberapa aliran yang masing-masing memiliki pandangan dan pendekatan yang berbeda.
Berikut adalah beberapa aliran nihilisme yang paling terkenal:
1. Nihilisme Eksistensial
Nihilisme eksistensial menekankan pada ketidakbermaknaan eksistensi manusia dan ketiadaan tujuan hidup yang jelas.
Aliran ini percaya bahwa tidak ada arti atau tujuan yang inheren dalam hidup manusia, dan bahwa manusia hanya hidup untuk hidup saja.
Beberapa tokoh penting dari aliran ini adalah Friedrich Nietzsche dan Jean-Paul Sartre.
2. Nihilisme Moral
Nihilisme moral menolak nilai-nilai moral tradisional dan meyakini bahwa moralitas adalah suatu konstruk sosial yang dipaksakan pada manusia.
Aliran ini percaya bahwa tidak ada nilai moral yang inheren dalam dunia, dan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan nilai-nilai mereka sendiri.
Beberapa tokoh penting dari aliran ini adalah Friedrich Nietzsche dan Max Stirner.
3. Nihilisme Epistemologi
Nihilisme epistemologi meragukan kemampuan kita untuk mengetahui kenyataan secara objektif.
Aliran ini percaya bahwa tidak ada cara untuk mengetahui kebenaran absolut tentang dunia, dan bahwa semua pengetahuan yang kita miliki hanyalah konstruksi subjektif.
Beberapa tokoh penting dari aliran ini adalah Friedrich Nietzsche dan Jacques Derrida.
Ada juga aliran nihilisme lainnya seperti nihilisme politik dan estetika, yang menolak nilai-nilai politik dan estetika tradisional. Namun, aliran-aliran ini tidak sepopuler aliran-aliran nihilisme yang telah disebutkan di atas.
FAQ tentang Filsafat Nihilisme
Bagaimana nihilisme berkaitan dengan kehidupan sehari-hari?
Nihilisme dapat memengaruhi pandangan seseorang terhadap dunia dan membuatnya merasa kehilangan arah. Namun, sebagian besar orang masih mempertahankan pemikiran dan keyakinan mereka.
Apakah nihilisme berbahaya?
Tidak secara langsung, tapi pandangan nihilistik yang sangat ekstrem dapat memicu perilaku destruktif. Oleh karena itu, penting bagi seseorang yang tertarik dengan filsafat nihilisme untuk selalu menjaga keseimbangan.
Apa perbedaan antara nihilisme dan skeptisisme?
Skeptisisme adalah keraguan terhadap kebenaran atau keyakinan tertentu. Sementara nihilisme adalah pandangan bahwa tidak ada makna atau nilai yang inheren dalam kehidupan.
Apakah Nietzsche adalah tokoh nihilis terkenal?
Ia dianggap sebagai salah satu tokoh utama dalam sejarah filsafat nihilisme. Namun, beberapa ahli filsafat berpendapat bahwa pandangan Nietzsche sebenarnya tidak sepenuhnya nihilistik.
Bagaimana cara mempelajari lebih lanjut tentang nihilisme?
Kamu dapat membaca karya-karya filsafat dan mendiskusikannya dengan orang lain yang tertarik dengan topik ini. Selain itu, terdapat juga banyak sumber daya online yang dapat membantu kamu memahami filsafat nihilisme, seperti buku elektronik dan forum diskusi online.
Baca Juga : Menggali Lebih Dalam: Pemikiran Socrates dan Pengaruhnya